Sabtu, 28 Maret 2015

Remaja 17 Tahun ini Penemu Mutasi DNA Untuk Memerangi HIV dan Meningitis


Meninggalnya Olga (27/3) mungkin menimbulkan pertanyaan bagi sebagian orang, bisakah meningitis disembuhkan?

Andrew Jin punya jawabannya. Dia berhasil menemukan bagaimana mutasi DNA bisa menjadi solusi bagi pengobatan berbagai penyakit, termasuk meningitis. Berikut artikelnya yang kami terjemahkan dari fastcoexist.com


Seperti halnya kebanyakan anak-anak SMA yang menyenangi sains, Andrew Jin tertarik kepada evolusi manusia. Tapi Jin, satu dari tiga pemenang Intel Science Talent Search, melihat lebih jauh kedepan. Untuk proyeknya, siswa SMA ini dating dengan mesin algoritma yang dapat mendeteksi mutasi pada mutasi genome manusia yang diharapkan suatu hari nanti bisa dikembangkan sebagai obat untuk memerangi penyakit seperti HIV dan schizophrenia.

Pada awalnya Jin hanya ingin menyelidiki tentang 10.000 tahun lebih evolusi manusia. “Saya cuma penasaran,” katanya. “Saya berpikir tentang seleksi alam dan evolusi, dan sebagaimana kita tahu ada banyak teorinya, tapi kita tidak pernah tahu tentang yang sebenarnya. Kemudian, saya penasaran tentang mutasi yang membantu manusia menjadi yang lebih canggih.”


























Jin memutuskan untuk mempelajari rangkaian 179 DNA manusia dari seluruh dunia. Setiap rangkaian terdiri dari 3 juta pasang DNA – sangat banyak untuk dilihat jika tanpa bantuan algoritma. Jadi, dia merangkai mesin algoritma dan menemukan 130 mutasi adaptif potensial yang saling berhubungan, seperti kekebalan tubuh dan metabolism yang berperan penting dalam evolusi manusia.
Dimulai dari pekerjaan program musim panas di MIT, Jin menemukan sejumlah mutasi, termasuk yang melibatkan resitensi meningitis dan menurunkan tingkat pelemahan virus seperti influenza dan HIV, yang sangat berpontesi digunakan perusahaan farmasi untuk menciptakan obat baru.
“Ada bukti yang sangat kuat bahwa mutasi ini memainkan peran penting dalam resistensi terhadap penyakit, tapi untuk lebih meyakinkan, saya akan melakukan percobaan biologi untuk mempelajari mekanisme pertahanan. Itulah yang membuat saya tertarik saat ini,” kata Jim.
Saat dia belajar di kampus nanti (dia bahkan belum yakin akan pergi ke sana), Jin berencana mengambil jurusan sains atau biologi. Tapi sebenarnya bukan itu keahlian dia: dia punya bakat main piano dan pernah bermain di Canegie Hall. “Saya juga kerajingan sama pramuka,” kata Jim.


Jumat, 27 Maret 2015

Brainstorming Hanya Buang-Buang Waktu?

 

Brainstorming, sebagaimana kita tahu diperkenalkan pertama kali oleh Alex Osborn sekitar tahun 1950’an. Teknik ini berdasarkan pada empat aturan: (1) keluarkan ide sebanyak mungkin; (2) utamakan ide yang tidak biasa atau orisinil; (3) padukan dan saring ide-ide tersebut; dan (4) hindari saling mengkritik selama brainstroming. Proses ini, yang seharusnya bersifat tidak resmi dan bebas berekspresi, disandarkan pada dua dasar pemikiran psikologi klasik. Pertama, kehadiran orang lain bisa memotivasi performa seseorang. Kedua, kuantitas (pada akhirnya) mengungguli kualitas.
Osborn mengklaim bahwa brainstorming dapat meningkatkan kreatifitas hampir 50% ketimbang apabila seseorang bekerja sendiri. Kini, setelah enam dekade penelitian mengatakan bahwa hanya didapat sedikit bukti menyebutkan brainstorming menghasilkan lebih atau pemikiran yang lebih baik ketimbang orang yang bekerja sendirian.
Sebuah meta-analisis menjelaskan lebih dari 800 kelompok menunjukkan bahwa seseorang kemungkinan besar akan lebih menghasilkan ide lebih banyak saat mereka tidak berinteraksi dengan orang lain. Brainstorming khususnya bisa mengancam produktifitas seseorang dalam sebuah kelompok besar, ketika kelompok tersebut diawasi dengan ketat, dan ketika performa diukur dengan llisan ketimbang tulisan. Masalah lain adalah kelompok tersebut cenderung menyerah ketika mereka menyatakan tidak bisa memberi masukan yang lebih banyak.
Jadi, kenapa brainstorming tidak berhasil sesuai rencana?
Menurut Dr. Tamaro Chamorro, seorang Profesor Psikologi Bisnis di University College London (UCL) dan Columbia University, ada empat alasan brainstorming tidak bekerja, yaitu:
1. Kemalasan: Ada kecenderungan bagi sebagian orang tidak berusaha ketika mereka berada dalam kelompok ketimbang bekerja sendiri. Sesuai dengan bystander effect, yaitu kita tidak akan merasa lebih terdorong melakukan sesuatu saat tahu orang lain mungkin akan melakukannya.
2. Kecemasan: Sebagian orang malah menjadi cemas dengan cara anggota kelompok lain memandang ide mereka. Sejalan dengan itu, ketika anggota kelompok melihat orang lain punya kemampuan lebih, maka performa mereka akan cenderung menurun (minder). Hal ini menjadi masalah bagi orang yang introvert dan punya kepercayaan diri yang rendah.
3. Penurunan Kemampuan: Kejadian ini berupa penyesuaian kepada yang lebih rendah, dimana orang yang punya kemampuan lebih pada akhirnya akan menyesuaikan diri dengan kemampuan lawannya. Hal ini biasa terjadi dalam olahraga. Jika Anda berlatih dengan orang yang kompetensinya di bawah Anda, maka kompetensi Anda akan cenderung menurun dan lama kelamaan kemampuan Anda akan setara dengan pesaing Anda.
4. Hambatan Produktivitas: Bukan masalah besar-kecilnya suatu kelompok, seseorang hanya boleh mengajukan satu suara pada satu waktu jika ingin didengar. Studi telah menemukan bahwa jumlah usulan yang muncul dengan lebih dari enam atau tujuh anggota, dan jumlah suara per orang akan menurun seiring dengan semakin besarnya kelompok.
Lalu, jika brainstorming memiliki cacat, kenapa dalam praktiknya sering digunakan?
Ada dua alasan utama kenapa brainstorming masih digunakan. Pertama, seiring dengna meningkatnya pekerja dengan spesialiasi, perusahaan melihat bahwa keahlian tersebut perlu dibagi dengan karyawan lain. Jika pemecahan masalah berasal dari bidang berbeda, lalu dengan dikumpulkannya orang-orang yang tepat, secara teori, akan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan karyawan sehingga bisa menghasilkan solusi yang diharapkan. Namun, dalam praktiknya, pendekatan ini butuh pemilihan individu yang tepat dan kesungguhan berkordinasi. Kedua, meskipun tidak menghasilkan pemikiran yang lebih baik, brainstorming dianggap lebih demokratis dari metode lain, sehingga dapat menambah jumlah masukan meskipun tanpa memedulikan kualitasnya.
Akhirnya, brainstorming bisa terus digunakan karena secara naluriah memang terbiasa digunakan. Jadi, silahkan saja Anda meluangkan waktu untuk rapat braistorming. Tapi, jangan terlalu berharap, lebih dari membuat tim Anda semakin solid.


Rabu, 25 Maret 2015

Inilah CEO 15 Tahun Yang Membuka Mata Dunia






Lilian Pravda adalah CEO Vision for and From Children, oraganisasi yang membantu orang-orang yang tidak memiliki akses pengobatan mata. Pravda baru berusia 15 tahun, dan organisasinya telah membantu pengobatan mata untuk lebih dari 24.000 orang.

Pravda terlahir dengan kondisi katarak dan menjalani beberapa kali operasi. Dia merasa dengan seringnya dia berada di rumah sakit membuat dia belajar bahwa tidak semua orang seberuntung dirinya yang mendapatkan pengobatan mata. Kemudian dia mendirikan Vision for and fromChildren pada usia 8 tahun dengan tujuan supaya anak-anak yang lain bisa mendapatkan pelayanan kesehatan mata bahkan operasi mata yang layak.

Jadi, siapa bilang anak muda sekarang malas dan apatis?


Minggu, 22 Maret 2015

Sedikit Cerita Tentang Khitan


Mungkin di suatu waktu di masa kecil Anda, teman perempuan Anda pernah mengatakan dia beruntung menjadi seorang perempuan karena tidak akan pernah merasakan sakitnya dikhitan. Tapi, Anda malah menjawab bahwa Anda lebih beruntung karena tidak akan pernah melahirkan. Sungguh, jika Anda memang benar, lalu kenapa tidak ada yang mau dikhitan dua kali sementara para wanita bisa melahirkan berkali-kali?

Saat menghadiri acara khitanan yang diadakan Gabungan Alumni Lintas Angkatan SMAN 2 Bekasi (Galaxi) pada Sabtu kemarin (21/3) tidak tampak kegundahan dari wajah anak-anak. Meja khitan dan dokter yang menanti masih belum terbayang saat mereka masih asik menyaksikan acara pembukaan. Mereka terhibur dengan penampilan seorang da’I cilik, marawis dan pertunjukan dongeng. Wajah-wajah itu masih sangat muda, lebih mudah dari angkatan saya saat dikhitan lebih dari dua puluh tahun lalu. Waktu itu rata-rata usia seorang anak dikhitan adalah sekitar 7-11 tahun, bahkan di daerah tertentu, seorang anak baru dikhitan ketika menginjak masa SMP atau SMA. Bisa dibilang perubahan itu memang datang dari kesadaran beragama para orang tua, apalagi ditunjang dengan kemajuan ilmu medis yang bisa mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.


Masa dikhitan jadi waktu yang paling diingat anak laki-laki. Mereka mengenang rasa sakitnya sekaligus kebahagiaan saat mendapatkan uang. Namun, meski khitan bukan penanda akil baligh, anak yang sudah dikhitan akan lebih percaya diri ketimbang yang belum. Hal inilah yang patut dipelihara para orang tua supaya mengingatkan anak mereka bahwa ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dikhitan. Perbedaan itu tentu saja bukan hanya masalah fisik. Nilai-nilai agama dan sopan santun harus lebih sering diajarkan. Sama halnya saat orang tua kita berkata kepada kita di waktu kecil, “Ingat, Nak. Kamu sudah disunat. Sudah besar. Harus rajin sholat.” Nah, nasehat tersebut dalam arti lain di masa dewasa kita saat ini, mengingatkan kita untuk tidak meng-khitan anggaran (korupsi).



Kamis, 19 Maret 2015

Pola Negatif, Pola Positif


Pernah nggak kamu punya teman yang selalu terlambat, dan kamu sering dibuat kesal dengan berbagai alasannya? Hari ini dia terlambat datang dengan alasan bangun kesiangan. Besoknya dia terlambat lagi ketemu kamu karena macet. Di lain waktu dia terlambat karena harus balik lagi ke rumah untuk mengambil hp-nya. Dia sekolah pun demikian. Dia sering terlambat masuk kelas. Hukuman dari guru tidak membuat dia datang lebih awal.

Andrew Matthews dalam bukunya Being Happy menyebut kebiasaan terlambat ini sebagai pola. Kebiasaan ini sudah melekat dalam diri teman kamu, dan sepertinya ada yang salah ketika dia berhasil datang tepat waktu. Pola dikendalikan tanpa kita sadari, yaitu dalam alam bawah sadar kita. Sama halnya ketika kita sedang makan. Kita tidak pernah memerhatikan bagaimana sendok bisa masuk ke dalam mulut kita. Pada saat kita tidur, kita masih bisa bernafas dengan leluasa tanpa pernah memikirkannya.
Alam bawah sadar-lah yang mengatakan pada temanmu bahwa dia akan selalu terlambat. Jika temanmu berhasil bangun lebih pagi, program alam bawah sadarnya akan membantunya menemukan lampu merah menyala lama, mencari tukang kue untuk sarapan, atau menyusuri jalan baru yang menyesatkan.
Ada banyak pola yang sering kita temui, dan mungkin beberapa diantaranya kita alami. Sebut saja pola penyakit, saat dimana dia sakit menjelang ujian. Pola menghabiskan uang, saat dimana dia punya uang lebih, maka dia akan segera menghabiskannya. Pola gaya hidup berantakan; orang ini akan merasa aneh jika kamarnya rapih, sehingga dia ingin segera mengacak-acaknya.
Pola gangguan belajar sering terjadi pada siswa. Tidak sedikit siswa cenderung memiliki gangguan belajar meski sebenarnya dia melakukannya tidak sengaja.


Pola lain yang cukup mengerikan adalah pola tiada hari tanpa smartphone. Benda ini, yang seharusnya bisa mendekatkan yang jauh, malah berlaku sebaliknya. Kita sering menemui sekelompok orang berkumpul namun tidak bicara satu dengan yang lain. Masing-masing sibuk bermain game, posting gambar atau update status. Orang seperti ini seolah tidak bisa hidup tanpa smartphone.
Pola-pola di atas kita sebut dengan pola negatif. Namun bagaimanapun juga, di sisi lain terdapat juga pola positif yang sangat bermanfaat bagi kita. Mungkin kamu pernah kenal dengan orang yang selalu tepat waktu meski badai atau macet menghadang. Pola lainnya adalah pola apapun yang dikerjakannya selalu mudah. Ada juga orang yang memiliki pola berhemat (bukan pelit). Ada juga pola saya selalu sehat.
Kita pastinya menginginkan pola positif terjadi pada diri kita. Kita juga sering bertanya, “Kapan pola buruk dalam diri saya berubah? Kapan berhentinya? Jawabannya adalah, “Hidup akan berubah jika kita berubah.”
Tentu saja untuk berubah ada tantangannya. Kita harus siap menghadapi tantangannya dan konsisten dengan usaha kita.

Kamu ingin mempersiapkan dirimu untuk menghadapi ujian dan untuk itu kamu mengumpulkan segala energi untuk belajar setelah maghrib. ,Semua buku dan peralatan tulis sudah siap di meja belajar, dan kamu sudah memasang musik dulu supaya lebih rileks. Tapi tampaknya lagu belum cukup untuk membuat kamu berkonsentrasi sehingga kamu memutuskan untuk membuat kopi, membeli camilan, meraut pensil, dan menjelajah internet untuk mencari tambahan informasi. Ketika akhirnya kamu sudah mendapatkan semuanya, jam menunjukkan pukul 11.00, waktu yang cukup telat untuk tidur. Bagaimana mungkin bisa menyelesaikan soal ujian jika mengantuk?
Bayangkan kamu sedang berdiet. Kamu lari setiap pagi dan sore, menghindari makan coklat, kue, atau piza. Pada suatu hari teman jauh kamu datang dari Makassar dan membawakan kamu sekotak coklat dengan hiasan stroberi. Teman kamu bilang, “Kue ini khusus dibuat mama untuk kamu.” Nah lho?
Saat kamu memutuskan untuk berhemat dengan menabung, tidak jajan dan membawa makan siang dari rumah. Tapi, ketika baru dua minggu berjalan kamu menemukan iklan yang menjual komik yang wajib kamu koleksi. Kamu ingat pernah memburunya di pameran buku dan menjelajah di seluruh toko buku. Di samping itu, kamu juga perlu uang untuk membeli pulsa internet kamu yang akan habis besok.


Sesungguhnya kita tidak pernah terikat dengan pola. Pola lama mungkin tetap bertahan, namun bukan tidak mungkin bisa dihilangkan. Tetaplah berfikir positif tentang diri dan kondisi kamu. Disiplin mental mungkin tidak mudah, tapi sangat besar manfaatnya. Dan yang lebih penting adalah selalu berdoa. Kondisi spiritual yang baik akan membantu kamu dari jalan yang tidak pernah diduga. Bukankah bersedekah bisa menjauhkan kita dari dari bencana? atau, rejeki dan umur kita akan dipanjangkan jika kita rajin bersilaturrahmi.


Rabu, 18 Maret 2015

Setelah Lulus




Minggu ini teman-teman kita dari kelas XII sedang melaksanakan UAS, dan tidak lama lagi mereka akan menempuh Ujian Nasional. Lalu, dalam beberapa bulan kedepan siswa kelas XII akan meninggalkan SMA-nya. 3 tahun … waktu yang singkat, bukan?

Kemudian, apa yang akan terjadi setelah lulus SMA?

Saya jadi ingat ceramah Kepala Sekolah menjelang kelulusan kami. Beliau bilang, kami diibaratkan orang yang membeli koran, dan apa yang dilakukan orang itu akan mencerminkan tindakan kami setelah meninggalkan bangku sekolah.

Pertama, kami akan membaca korannya untuk menambah wawasan.

Kedua, kami akan mencari lowongan kerja di dalamnya.

Ketiga, kami akan menggelar koran tersebut untuk jualan.

Keempat, kami akan menjadikan koran tersebut sebagai alas tidur.

Jadi, tipe yang manakah kamu?



Selasa, 17 Maret 2015

Untuk Apa Menulis?

oleh Gema Indra



Anda tentu percaya bahwa di samping wujudnya yang berupa fisik, manusia juga memiliki apa yang disebut emosi.

Sebagaimana fisik yang memiliki otot-otot yang akan kaku jika tidak dilatih atau digunakan, emosi pun demikian, akan tumpul dan bahkan mati kalau tidak dilatih. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan pak Daniel Gleman, seorang psikolog dari Harvard Univeristy, dalam bukunya Emotional Intellegence bahwa kesuksesan hidup manusia hanya 20% bergantung pada kecerdasan intelektual (IQ), selebihnya 80% bergantung pada kecerdasan emosional. 

Menulis adalah salah satu aktivitas yang banyak melibatkan emosi. Jika tidak terbiasa atau membiasakan diri, maka menulis akan menjadi satu hal yang sangat sulit dilakukan, padahal betapa banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari menulis.

“Menulis, sesungguhnya, bagaikan mengalirkan kata-kata yang membawa segala ‘kotoran’ yang menyesaki diri kita. Menulis dapat membantu kita mengosongkan apa saja yang ingin kita keluarkan  yang ada dari dalam diri kita. Menulis, insya Allah, dapat membuka diri kita, dan diri kita yang terangkai dalam kata-kata milik kita itu kemudian akan memantulkan siapa diri kita sebenarnya.” Kata-kata ini saya dapati dalam Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, ditulis oleh pak Hernowo.

Menurutnya, ia dapati kata-kata itu dari halaman-halaman awal buku pak James P. Pennebaker; Opening Up: The Healing Power of Expressing Emmotions, yang diterjemahkan oleh penerbit Mizan (2002) menjadi Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi.

Ternyata dahsyat sekali manfaat menulis itu. Saya sangat terkesima ketika menyadari bahwa penjelasan manfaat menulis dari pak Pennenbaker bisa sampai kepada saya melalui pak Hernowo. Saya tidak pernah (sekedar) melihat pak Pennenbaker apalagi mengenalnya, dan begitupun dengan pak Hernowo, saya juga belum pernah berjumpa dengannya meskipun saya sempat berkorespondensi melalui email beberapa kali. Tapi, bagaimana kata-kata pak Pennenbaker itu bisa sampai kepada saya? Ini tidak lain kaena ia menuliskan apa yang ingin disampaikannya, kemudian pak Hernowo menulis kembali apa yang pernah dibacanya, dan pada akhirnya saya membaca apa yang ditulis pak Hernowo. Ini merupakan salah satu manfaat menulis, yaitu pesan yang ingin kita sampaikan dapat tersebar secara luas dan tersimpan secara utuh.

Belum lagi jika kita cermat kembali kata-kata pak Pennenbaker itu bahwa menulis bisa menjadi sebuah terapi yang mengalirkan kata-kata yang membawa ‘kotoran’ yang menyesaki diri kita Menulis juga bisa menjadi wahana secara reflektif untuk melihat diri kita dengan utuh, mengenal siapa diri kita sebenarnya, melatih untuk berpikir secara logis, meningkatkan kepekaan emosi, menjadikan kita seorang penghuni bumi yang turut mewarnai dunia, dan juga bisa menjadi sumber penghasilan.

Jadi, alangkah beruntungnya jika sekiranya sejak saat ini kita melatih otot-otot emosi kita – tidak pernah ada kata terlambat – untuk meningkatkan kepekaan emosi kita. Dan karena caranya melalui menulis, maka dengan serta merta keterampilan menulis kita harus selalu diasah. Dan oleh karena kepiawaian menulis berkorelasi positif dengan seberapa banyak kita membaca – karena tidak ada output (menulis) tanpa input (membaca) – maka sudah sewajarnya kita bertekad untuk melakukan akselerasi dalam hal membaca. Kita mentransformasi diri kita dari belajar untuk membaca menjadi membaca untuk belajar.

Never be late, we are never too old to learn.

Baca juga: Cerpen Romantis




Senin, 16 Maret 2015

Dibalik Baris-Berbaris Paskibra




Ketika menyaksikan Paskibra pada LPBB IX yang diadakan SMAN 2 Bekasi Sabtu lalu (14/3) di GOR Bekasi, saya jadi teringat masa-masa Paskibra saya di sekolah. Saya mengenal Paskibra sejak masa penataran (masa orientasi sekolah), dimana sebagian besar para senior Paskira yang menjadi pembimbing kami ketimbang para pengurus OSIS. Paskibra, yang pada awalnya hanya sebagai Pasukan Pembawa bendera, berperan besar dalam menggembleng siswa baru. Cara-cara Paskibra diterapkan tanpa bullying; makan dengan waktu yang ditentukan, minum dengan botol yang sama, baris-berbaris, dampratan, push up, bahkan tamparan sepatu.



Saya terpilih sebagai Paskibra sekolah dengan pertimbangan tubuh tinggi dan wajah lumayan (tampan), dan yang lain terpilih karena menawan. Meski demikian tidak ada diskriminiasi masalah fisik, karena seleski sebenarnya datang dari prilaku dan konsistensi. Di masa-masa latihanlah intensitas setengah militer ditingkatkan, dan kami punya cukup otot untuk mengantisipasi tawuran. Kami juga suka dengan morning jokes, dimana kami menampilkan lawakan-lawakan sebelum latihan.

Ada dua seragam harian yang harus kami punya; Pakaian Dinas Harian (PDH) hitam putih dan Pakaian Dinas Latihan (PDL) dengan handuk good morning, sementara hanya seragam putih-putih yang dipakai untuk lomba. Beberapa teman sengaja membuat bagian bawah celana lebih lebar (bukan cutbray) supaya lebih terlihat elegan saat melangkah. Berada dalam barisan Paskibra cukup membanggakan. Selain dispensasi tidak ikut kelas karena  latihan atau kegiatan lain, kami tampil gagah dibalik pakaian PDH (seperti pilot). Demo baris-berbaris patah-patah dengan teriakan “satu-dua-satu-dua” kami bisa membuat lutut lawan gemetar. Jarak 5 km defile ditempuh dengan gerakan mantap dan konsisten, ribuan pasang mata masyarakat mengawasi seolah kami tidak boleh membuat kesalahan. Ya, sungguh menyenangkan mengingat masa-masa itu.







Jumat, 13 Maret 2015

Lubang Cacing dan Interstellar

oleh Alfarizki Qodri (Kelas X MIA 8)


"Rencana yang lebih baik daripada meninggalkan Bumi adalah dengan menjaga Bumi kita sendiri.
-- Alfa --


Film garapan sutradara Christopher Nolan ini mendapatkan banyak perhatian dari para penggemar film, apalagi bagi kalangan penyuka kosmologi. Namun, bagi orang awam mungkin Interstellar akan membuat dahi berkerut. Itu karena film berdurasi hampir 3 jam ini dibuat dengan alur yang agak rumit. Meski begitu, Nolan cukup pintar untuk menantang Anda terus mengikuti jalan ceritanya hingga akhir.

Saya akan membahas tentang sesuatu yang menarik dari film ini, yaitu Wormbole  atau Lubang Cacing. Tentang bagaimana Lubang Cacing dapat digunakan untuk menembus galaksi lain, sehingga memungkinkan kita untuk mencari planet pengganti Bumi. Mari kita mulai pembahasan kita dengan pertanyaan, “Apakah Lubang Cacing itu benar-benar ada? Atau, apakah benar lubang ini bisa menembus ke alam semesta lain?”
Sebenarnya, sampai sekarang masih belum ada bukti yang bisa mendukung keberadaannya, baik dari pengamatan ataupun secara eksperimen. Lubang Cacing itu sendiri merupakan solusi matematis mengenai hubungan geometris antara satu titik dalam ruang-waktu dengan titik yang lain, dimana hubungan tersebut bisa berperilaku sebagai ‘jalan pintas’ dalam ruang-waktu. Menurut Dr. Kip S. Thorne dari California Institute of Technology, lubang cacing diilustrasikan memiliki dua ujung. “Misalnya, satu ujung di kamarmu, ujung yang lain ada di negara asal teman facebook-mu di Perancis. Kalau kau melongok melalui wormhole itu, maka akan tampak temanmu berdiri dengan latar belakang menara Eiffel. Sementara, temanmu yang melihat melalui ujung wormhole di Prancis lbisa melihatmu duduk mengerjakan PR di kamarmu. Tentu saja akan menyenangkan jika setelah mengerjakan PR kau bisa menemui kawanmu di Prancis dan naik ke menara Eifel hanya dengan masuk ke semacam lorong.”
Tapi, menurut hukum fisika keberadaan lubang cacing itu memungkinkan. Meski demikian, lubang cacing mudah runtuh, sehingga mustahil ada material yang selamat jika masuk melalui lubang cacing. Apalagi manusia, yang dalam film Interstellar digambarkan sang tokoh dengan mudahnya memasuki lubang cacing. Namun, ada kemungkinan lain lubang cacing tidak akan runtuh seandainya material yang masuk memiliki energi negatif; semacam gaya anti-gravitasi.



Istilah lubang cacing sendiri ternyata berasal dari teori relativitas umum yang dilontarkan oleh Albert Einstein. Teori ini juga disebut sebagai 'jembatan Einstein-Rosen' karena dalam menemukan teori ini, Einstein dibantu oleh Nathan Rosen. Mereka mengibaratkan lubang cacing sebagai 'jembatan' yang bisa menembus ruang dan waktu. 'Jembatan' ini menghubungkan dua titik yang berbeda, baik ruang dan waktu. Dengan menggunakan lubang cacing, secara teoretis, akan terjadi jalan pintas, dan otomatis ini akan mengurangi jarak dan waktu perjalanan antar bintang atau planet.
Bisa kebayangkan bagaimana bisa sebuah lubang bisa menuju ke alam semesta lain, padahal jarak dari alam semesta kita ke alam semesta lain sangatlah jauh? Namun, meski lubang cacing hanya hipotesa Einstein, tidak sedikit ilmuwan yang ingin menemukan lubang cacing ini.
Perlu diketahui, posisi lubang cacing itu berada didalam lubang hitam. Dan, sebagaimana kautahu lubang hitam itu meyedot material yang berada di sekitarnya termasuk CAHAYA. Sehingga, apabila kita menghubungkannya dengan lubang hitam, maka kita akan temukan kejanggalan lubang hitam dalam Interstellar. Ketika Cooper (Matthew McConaughey) dan para kru pergi ke sebuah planet yang mengorbit dalam lubang hitam, dia berpikir bahwa dengan mengitari lubang hitam maka dia bisa menghindari pergeseran waktu yang terlalu ekstrim. Karena dengan demikian dia bisa kembali kepada anaknya ketika usia anaknya sama dengan usia dirinya saat berangkat. Disini Cooper hanya membutuhkan beberapa jam sebelum pesawatnya dapat mengitari lubang hitam. Padahal, faktanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengitari lubang hitam.
Seperti itulah beberapa keganjilan lubang cacing dan lubang hitam dalam film ini. Nola mengakui bahwa modal utamanya bukan soal cerita atau penampakan lubang hitam, melainkan tentang keberadaan pesawat ulang alik “ENDURANCE” yang mengantarkan Cooper dan kru lainnya.
Kembali ke topik utama tentang lubang cacing, namun kali ini kita akan menghubungkannya dengan kekuasaan Allah. Ada beberapa jenis lubang cacing, tapi yang membuat takjub adalah lubang cacing yang disampaikan oleh beberapa cendikiawan islam yaitu WORMHOLE-MA’AARIJ, yaitu tempat naik para malaikat.
Dari Allah yang mempunyai tempat-tempat naik. Naik malaikat dan ruh kepada Nya di dalam satu hari adalah ukurannya lima puluh ribu tahun. (QS. Al Ma’aarij (70) ayat 3-4).
Wormhole-Ma’aarij juga diyakini akan menemui semua insan yang bernyawa, yakni ketika ajal menjelang dan terbukalah satu pintu Wormhole-Ma’aarij kepada kita. Tempat ini akan terhubung ke Alam Barzakh, dimana Malaikat Maut akan menemani kita dalam meniti “jembatan” ini,  yang satu harinya berbanding secara relatif 50 ribu tahun di bumi. Wow! Benar-benar sama dengan prinsip lubang cacing dimana kita bisa pergi kemana saja dalam waktu singkat melalui lubang cacing walaupun jarak tujuannya sangat jauh. 
Saya suka dengan Interstellar dan memasukannya ke dalam daftar film favorit saya. Ya, walaupun ilmuwan menemukan keganjilan pada film ini, namun pada intinya, sebagus-bagusnya film pasti ada kekurangannya. Film ini membuat saya menjadi lebih cinta dengan bumi, dimana bumi digambarkan dalam masa kritis dan tidak layak untuk ditinggali, dan kemudian sejumlah orang mencari planet pengganti baru sebagai pengganti bumi


Senin, 09 Maret 2015

Tentang Blog Ini - Buku Tamu




Blog ini hadir untuk memberikan berita dan informasi terbaru seputar kegiatan di SMAN 2 Bekasi. Selain itu, kami juga menampilkan artikel yang ditulis baik oleh guru, siswa, staf, maupun alumni yang diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Kalau kamu bagian dari keluarga SMAN 2 Bekasi dan ingin mempublikasikan artikel di blog ini, silahkan kirim tulisan kamu melalui inqubee.tumblr.com/submit, dengan menyertakan biodata, termasuk kelas (siswa) atau angkatan (alumni).

Jangan lupa, isi buku tamu untuk bersilaturrahmi atau berbagi kabar dengan cara menulis komentar di bawah.

Salam.