Minggu, 22 Maret 2015

Sedikit Cerita Tentang Khitan


Mungkin di suatu waktu di masa kecil Anda, teman perempuan Anda pernah mengatakan dia beruntung menjadi seorang perempuan karena tidak akan pernah merasakan sakitnya dikhitan. Tapi, Anda malah menjawab bahwa Anda lebih beruntung karena tidak akan pernah melahirkan. Sungguh, jika Anda memang benar, lalu kenapa tidak ada yang mau dikhitan dua kali sementara para wanita bisa melahirkan berkali-kali?

Saat menghadiri acara khitanan yang diadakan Gabungan Alumni Lintas Angkatan SMAN 2 Bekasi (Galaxi) pada Sabtu kemarin (21/3) tidak tampak kegundahan dari wajah anak-anak. Meja khitan dan dokter yang menanti masih belum terbayang saat mereka masih asik menyaksikan acara pembukaan. Mereka terhibur dengan penampilan seorang da’I cilik, marawis dan pertunjukan dongeng. Wajah-wajah itu masih sangat muda, lebih mudah dari angkatan saya saat dikhitan lebih dari dua puluh tahun lalu. Waktu itu rata-rata usia seorang anak dikhitan adalah sekitar 7-11 tahun, bahkan di daerah tertentu, seorang anak baru dikhitan ketika menginjak masa SMP atau SMA. Bisa dibilang perubahan itu memang datang dari kesadaran beragama para orang tua, apalagi ditunjang dengan kemajuan ilmu medis yang bisa mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.


Masa dikhitan jadi waktu yang paling diingat anak laki-laki. Mereka mengenang rasa sakitnya sekaligus kebahagiaan saat mendapatkan uang. Namun, meski khitan bukan penanda akil baligh, anak yang sudah dikhitan akan lebih percaya diri ketimbang yang belum. Hal inilah yang patut dipelihara para orang tua supaya mengingatkan anak mereka bahwa ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dikhitan. Perbedaan itu tentu saja bukan hanya masalah fisik. Nilai-nilai agama dan sopan santun harus lebih sering diajarkan. Sama halnya saat orang tua kita berkata kepada kita di waktu kecil, “Ingat, Nak. Kamu sudah disunat. Sudah besar. Harus rajin sholat.” Nah, nasehat tersebut dalam arti lain di masa dewasa kita saat ini, mengingatkan kita untuk tidak meng-khitan anggaran (korupsi).



Tidak ada komentar :

Posting Komentar